Bismillahirrahmanirrahim...
"Memang begitu jalannya, ada resah dan gelisah ketika hati terpaut pada yang bukan ahlinya."
Jika diresapi, kalimat ini akan sampai ke relung hati bahwa mengagumi dan mencintai sesuatu dengan berlebih akan menghasilkan kekecewaan di kemudian hari. Apalagi bila orientasnya bukan karena Allah, siapa nak sangka bahwa kebaikan akan datang di masa selanjutnya. Lebih-lebih, bila apa yang diperturutkan adalah nafsu yang menjelma semakin menjadi. Pada Ummi, Abi, Akhi wa Ukhti , bahkan pada sahabat yang senantiasa disisi, tentu tak layak bila cinta terpompa penuh dalam hati. Batasannya tentu adalah kewajaran dalam bersikap dan jernih dalam bertindak. Namun tentu sering kita lena, batas manakah itu? Tentu batasannya adalah cinta kita pada mereka karena landasan cinta pada sang empunya cinta, Allah Rabbul Izzati.
Tahulah, bila segala sesuatu yang berlebihan pun tak baik dalam syari'at. Bahkan pada hal yang dipandang baik sekalipun. Cinta pada ummi dan abi adalah sesuatu yang mesti ada dari sang walad, cinta pada ikhwah pun sama. Pun Cinta sang orangtua pada anak-anaknya, terlihat pasti tapi belumlah tentu. Lagi-lagi kita sering alfa bahwa mereka pun hanyalah manusia berbatas. Bila tak kenal betul dalam memilih cinta dan memberikan kadarnya, menjadi miss-orientation dalam hidup di dunia adalah keniscayaan. Jadi, hendak bagaimana mengatur kadarnya?