Pada pagi yang rimbun dan disesaki dingin menyelinap kesemburat pori-pori kulit, telah lama ingin kutuliskan tentang ini wahai sahabatku, tentang kebahagiaanku memilikimu, mengertimu, dan bersamamu walau tidak pada semua untaian waktu.
Sahabatku, kita tidak pernah tahu waktu dimana kita menyulam cinta, kapan tepatnya Allah menakdirkan ada rasa kasih yang dalam dihati-hati kita untuk satu sama lain. Sebab pertemuan kita adalah pertemuan para sahabat pada umumnya, yang tidak pernah tahu akan Quo Vadis rantaian kisah kita. Dari kisah sahabat, kita bertingkah dan melangkah lebih jauh pada kisah ukhuwah. Tahukah, ketika berdekatan denganmu, hanya ada rasa damai dan tentram, meski diluar sana banyak amanah menanti, kau tenangkan, kau damaikan, meski kau tak sadar, dan aku pun tentu, baru ku sadar setelah tahun ke-4 persahabatan kita terjalin. Ukhuwah itu ternyata semakin rimbun, ia menyejukan, mendamaikan.