Perth, August 18th 2012
Pukul 9 pagi ini saya akan melepas kepergian 8 utusan
Indonesia yang 2 hari terakhir telah menjadi kawan dekat bahkan menjadi
keluarga yang menghangatkan sepi dan rindu pada keluarga sebenarnya di tanah
air. Kawan-kawan yang berasal dari Jakarta, Jogjakarta, Bandung, Lampung,
Medan, Aceh, Madura dan Palembang telah bergegas untuk kembali ke kampung
halaman untuk merajut raya Eid Fitr Mubarak bersama keluarga. Pemerintah
memberikan waktu kepada kami untuk bisa beraya bersama keluarga di tanah air.
Namun, kesempatan itu tidak bisa saya ambil oleh sebab beberapa hal yang
menjadi pertimbangan saya. Akan butuh waktu untuk saya menata hati jika menatap
ibunda untuk sedikit waktu kemudian meninggalkannya H+1 setelah hari suci itu.
Saya hanya berusaha menguatkan azam untuk hidup dan berfikir mandiri dan
–sebenarnya- berusaha bersikap dewasa. Hanya saja kadang keinginan untuk
kembali dan bertemu ibunda sungguh menggebu. Keputusan saya ternyata didukung
oleh seorang kawan yang juga seorang leader saya disini. Beliau menyatakan
untuk menemani saya di Australia meskipun pada kota yang berbeda. Saya di
Perth, dan beliau di Sydney. Dia berkutat dengan penelitian skripsinya tentang
aplikasi bahasa terhadap efeksi gender di Australia, sedang saya hanya ingin spending
time di Perth.