Lav Reid, Perth
Pada pagi yang sejuk
dan menyejukkan…
“Ammah, ‘ncing, apa
kabar, baik? Kapan sih pulangnya, kue lebaran kita udah abis lho!”
Penggalan kalimat itu masih terngiang jelas di telinga.
Suatu pagi yang indah ketika nephew-nephew menghubungi saya dikala sibuk
berpacking-ria untuk kepulangan ke tanah air besok. Mereka “mengeroyok”
saya untuk bisa membuat saya iri akan keadaan dirumah, ya pastinya mereka
sedang berkumpul dibase camp tercintanya, dirumah Ummi. Ada rindu yang
melejit dihati saya, rindu akan senyum nakal mereka, rindu songsongan tangan
mereka setiap kali saya kembali ke rumah, rindu tangis mereka dikala saya perlu
mengunci pintu kamar untuk menghindari serangan dan gangguan mereka dari mengacak-ngacak
kamar saya. Ah, mereka, sang ajudan kecil harapan mamah, bunda, dan ummi
mereka. Semoga dewasa menjadi pribadi shalih yang meneguhkan dan menyalihkan.
Saya merindui sang tampan, lembut juga shalih; Muhammad Abdul Lathif –cucu laki-laki
pertama ummi- yang tak pernah melakukan sesuatu tanpa ridha mamah dan ayahnya.
Penurut, pecinta pada adik-adiknya. Diawal saya tak pernah kira bahwa ada
seorang “ikhwan kecil” yang begiitu perhatian kepada semua sanak familinya, tak
pernah mendahulukan kepentingan pribadinya sebelum saudaranya diutamakan. Anak yang
selalu membantu mamahnya didapur dan mengurus adik-adik perempuannya dikala luang
dan libur dari pesantren. Juga dengan adik-adiknya, tak pernah saya dapati
mereka bertengkar, bahkan saling memahami dan meng”ia”kan. Padahal usia sebaya
mereka adalah masanya mengedepankan ego pribadi. Dik, ‘ncing banyak
belajar dari kalian.
Tentang “ikhwan kecil” lainnya?
Ada 2 punggawa sang Bunda dan Ayah dirumah. Muhammad
Faturrahman Baidawwi dan Muhammad Izzaturrahman Tsani Naqsyabandi
yang persis kembar, tapi bertaut umur 7
tahun. Fatur yang senantiasa menangis menyendiri dan menyepi jika Bundanya
mengomelinya. Sang “Ikhwan kecil” yang mudah menitiskan air mata pada kondisi
apapun. Bukan karena ia cengeng, tapi karena perasaannya yang begitu halus. Rupanya
sensitivisme ini menular ke adiknya, Izzati. Ikhwan cilik tampan berusia 1
tahun yang selalu tersenyum pada setiap orang yang dijumpainya. Saya kira,
balita ini adalah balita yang punya PD tinggi atau mungkin dia tahu bahwa hakikat
tabassum adalah shadaqah sehingga harus memberikan sungginan senyum pada
siapapun yang dia lihat. Tentang air mata, ah, ikhwan kecil ini pun sama
laiknya kakak tercintanya.
Juga tentang “ikhwan kecil” lainnya yang sedari kecil
dibina oleh Abi Umminya untuk menjadi seorang hafidzh, Fawwaz Ahmadinejad Zulfa.
November tahun ini usianya menginjak tahun ke-3. Hafalannya sudah 1 juz, shalatnya
sering kali lebih tepat waktu dibandingkan saya, juga sering “berpura-pura”
membaca buku bila umminya “ngomel-ngomel atau marah-marah”. Ikhwan ini
sebenarnya centil, kadang lupa “menjaga pandangan” daripada akhwat-akhwat cilik
lainnya. Pernah pada satu masa, dia berjalan-jalan ke warung kecil di sudut
jalan, jarak pulang-pergi yang lazim ditempuh hanya 10 menit saja, namun dia
menghabiskan waktu 20 menit lamanya. Hufft..apa gerangan? Sesaat setelah membeli barang yang dibutuhkan bersama
umminya, dia “selonong boy” meninggalkan umminya -yang sedang menyelesaikan
transaksi- untuk mengikuti seorang “akhwat cilik” yang juga berbelanja diwarung
tersebut. Tentu saja sang ummi kerepotan mencarinya. Ketika ditemukan, dengan
entengnya dia menjawab. “Ummi, Awwaz kan abis ngantelin dede tadi. Jangan
malah-malah dong. Ayu kita pulang M, udah kelamaan nih!” Dengan gregetan sang Ummi langsung “selonong
girl” juga menampakkan rasa jengkelnya.
Adik-adikku, mengingat kalian menjadikan rindu dan cinta
ini semakin bersemi baik dalam qalbu. Semoga pertemuan-pertemuan kita menjadi ikatan
cinta yang terbuhul kuat karena Allah. Semoga semangat menghidupkan suasana Qur’ani
dirumah tercinta tak pernah redup dimakan zaman yang semakin tak imbang,
menghadapi keras dan pahitnya kehidupan. Semoga kita semua menjadi pribadi
shalih yang saling menguatkan satu sama lain, yang menjaga dan dijaga Allah.
Didedikasikan untuk semua nephew and niece saya yang
sedang berkumpul dirumah Ummi,
Muhammad Abdul Lathif, Qurratul Aini, Samratul Fu’adiy,
Ahmad Faturrahman Baidawwi, Muhammad Izzaturrahman Tsani Naqsyabandi, dan Fawwaz
Ahmadinezad Zulfa.
Semoga menjadi pribadi kecintaan Allah.