Alhamdulillahil
Adzhim, tiada kata lain terucap selain rasa syukur penuh haru karena Allah
telah ijinkan saya sampai di negeri Kanguru ini. Alhamdulillah, setelah
menempuh jarak penerbangan Jakarta-Perth selama 4 jam,
tibalah kami di negeri yang kabarnya orang Muslim dan Non-Muslimnya
hidup damai berdampingan. Entahlah, yang jelas saat ini hanya ada rasa gembira
dan luar biasa ketika mimpi-mimpi itu satu persatu terwujud. None words,
just feel very thanks Allah. Teringat perkataan seorang bijak, Syaikh Adian
Husaini, “Ingatlah Allah dikala senang, maka Allah akan mengingatmu dikala
susah”. Jadi, detik ini tak perlulah bingung-bingung mau berbuat apa, hanya
dzikrullah yang cocok di segala masa. Hmm... ^_~
Kedatangan kami
disambut oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia. Suatu hal yang tidak pernah
saya bayangkan sebelumnya. Biasanya acara-acara seperti ini hanya saya lihat di
sebuah stasiun televise yang menayangkan parade perlombaan international
bergensgi atau kunjungan kenegaraan. Ya Allah…malu sungguh saya ini. Dengan tampang masih kusut
dan mata sembab setelah menangis diawal perjalanan, saya dan kawan-kawan
berjalan menghampiri dan dihampiri crew penyambut. Memang tidak ada
karpet merah dan terompet pengiring, tapi kalungan bunga Anggrek Hijau telah
menghiasi leher saya dan kawan-kawan, dan bagi saya hal itu sudah sangat
luaaaar biasa. Maklum lah, setiap kali pulang kerumah tak ada hal macam
itu, yang ada adalah peluk-cium Ibunda dan saudara/i tercinta. So, kalung bunga
ini adalah substitusinya. Hehe…
*Eits, Ala
fikrah, kok mereka tahu ya kalau saya haaasrat sangat Anggrek Hijau? Ah,
everything was fate lah. Kekeke…
Perth pagi hari
begitu sejuk dan mendamaikan jiwa, keramaiannya memang tidak seperti
semrawutnya Jakarta. Bandara yang tidak pernah sepi dari jadwal penerbangan dan
interaksi multi-lateralnya, seperti halnya Garuda Indonesia yang telah
menghantarkanku pada Negara ini.
Ingin rasanya berlama-lama duduk dan
memandangi panorama halaman bandara yang Indah, tapi rupanya jadwal
keberangkatan untuk mencapai kota yang dituju tersisa 50 menit lagi. Jadi, saya
sempatkan untuk membuat catatan kecil ini untuk kenangan di tanah air nanti. Hope
everything will be nice here…
Dua puluh menit berelaksasi,
akhirnya pesawat penerbangan Negara tetangga (Malaysia) tiba. Hal ini buat saya
terkagum-kagum, sebab beberapa kali kunjungan saya ke Malaysia tak pernah saya
temui Menteri Diwan Tarbiyah, tapi kali ini beliau hadir dan membersamai para
kandidat dari Malaysia. MasyaAllah…ckckck, seronok sangat dapat sua
directly.
Brunai
Darussalam, Singapore dan Vietnam tiba 10 menit setelah Malaysia. It’s
amazing, mereka janjian kali ya? Teringat kenangan masa kecil dulu ketika
merengek dan menangis sekencang-kencangnya dalam aksi membujuk Ibunda dan
keluarga untuk pindah kewarganegaraan ke Brunai Darussalam oleh sebab disana
negerinya berkembang pesat dalam SDA dan Islam berkembang kuat. Terang saja
permintaan itu hingga kini tak pernah terkabul, aneh-aneh aja sih. Dulu,
ketika SD saya adalah maniak Negara Asia Tenggara. Mulai dari lagu kebangsaan
Negara-negara Asia Tenggara, history Negara-negara mereka, serta adat istiadat
mereka saya telaah dan hafalkan. Minat untuk tinggal dan belajar disalah satu
Negara ASEAN sangat tinggi. Maklumlah, anak kecil. Akhirnya, ketika keinginan
itu semakin terhempas waktu saya hampir lupa akan mimpi-mimpi itu, dan kini
Allah menjawabnya lewat serpihan-serpihan
kesempatan. Allahu Akbar… :`(
Hamdulillah,
tersisa 8 menit sebelum bis yang mengantarkan kami ke tempat kerja
masing-masing negara ASEAN sampai. Saya
sempatkan untuk menyapa para kandidat dari Malaysia, dan…ternyata ada salah dua
orang dari mereka yang saya kenal sewaktu belajar di negeri Cindai, tak kuasa
kami menahan tangis dalam pelukan. Sebab hingga kini pertemuan kami hanya lewat
kata-kata elektronik, tak sambang rumah, apatah lagi sua jiwa, dan kini…
lagi-lagi Allah berikan saat paling tepat untuk pertemuan yang merepresentasi
tumpukan kerinduan.
Allahu ma’iy, Allahu nadhiriy…