::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

16/03/2012

Abi, Ummi, Tarbiyah Kami dengan Cinta

Bismillahirrahmanirrahim...

"Memang begitu jalannya, ada resah dan gelisah ketika hati terpaut pada yang bukan ahlinya."

Jika diresapi, kalimat ini akan sampai ke relung hati bahwa mengagumi dan mencintai sesuatu dengan berlebih akan menghasilkan kekecewaan di kemudian hari. Apalagi bila orientasnya bukan karena Allah, siapa nak sangka bahwa kebaikan akan datang di masa selanjutnya. Lebih-lebih, bila apa yang diperturutkan adalah nafsu yang menjelma semakin menjadi. Pada Ummi, Abi, Akhi wa Ukhti , bahkan pada sahabat yang senantiasa disisi, tentu tak layak bila cinta terpompa penuh dalam hati. Batasannya tentu adalah kewajaran dalam bersikap dan jernih dalam bertindak. Namun tentu sering kita lena, batas manakah itu? Tentu batasannya adalah cinta kita pada mereka karena landasan cinta pada sang empunya cinta, Allah Rabbul Izzati.

Tahulah, bila segala sesuatu yang berlebihan pun tak baik dalam syari'at. Bahkan pada hal yang dipandang baik sekalipun. Cinta pada ummi dan abi adalah sesuatu yang mesti ada dari sang walad, cinta pada ikhwah pun sama. Pun Cinta sang orangtua pada anak-anaknya, terlihat pasti tapi belumlah tentu. Lagi-lagi kita sering alfa bahwa mereka pun hanyalah manusia berbatas. Bila tak kenal betul dalam memilih cinta dan memberikan kadarnya, menjadi miss-orientation dalam hidup di dunia adalah keniscayaan. Jadi, hendak bagaimana mengatur kadarnya?

Hmm..
Rupanya mesti kita tengok ayat cinta ini agar bisa lebih waspada;
Pada surat Al-Kahfi:46, Allah telah sebutkan bahwa "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan".

Bahkan Allah mengatakan lebih tegas dalam firmannya "Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar." (Al-Anfal:28)

Tak sedikit dari kita yang lupa bahwa harta dan anak-anak adalah kejelitaan mata di dunia, yang satu sisinya mampu menipu pandangan sehingga lupa akan kehidupan akhirat, dan sisi lainnya menjadi terang benderang dengan mereka karena kita mentarbiyah mereka dengan landasan karena Allah. 

Salah satu faktor terbesar dari kekeliruan itu di barengi karena Cinta. Cinta yang berlebih seorang ayah dan ibu pada anaknya bisa saja menjadikan faktor kelaliman bagi jiwa mereka. Alih-alih karena mereka mencintai anaknya dan tak ingin mengungkung geraknya, banyak di jaman ini orangtua yang memilih membiarkan anak mereka hidup sesuai dengan pilihan mereka, bebas tanpa batas, mendobrak batasan-batasan syari'ah, mencungkil mata kail silsilah Nabinya, bahkan berlomba-lomba menjadi sekuler dan liberal itu incredible. Itu cinta buta pastinya. Entah ia tahu mana kadar cinta yang diberikan. Cinta yang mana yang dijadikan landasan?

(Jika bukan Allah landasannya, inilah aksinya; melukai saudara sendiri ialah biasa)

Lain hal dengan cinta yang dibarengi cinta karena Allah. Kita lihat pada orangtua-orangtua yang membimbing anak-anaknya untuk senantiasa mengenal Allah. Kecilnya di tarbiyah dengan ilmu Allah, dewasanya menjadi permata untuk orangtuanya. Orangtua seperti ini mengenal rupa cinta. Tahu kadar mereka memberikannya, juga sadar akan landasan cinta mereka pada anak-anaknya. Mereka bukan hanya berorientasi pada cinta yang menyesatkan jiwa, yang senang di dunia dan mengikat pada batu-batu panas di akhirat.

(Di tarbiyah dengan ilmu untuk mengenal Allah)


(Investasi ukhrawi)

Amalan-amalan mereka menjadi tabungan pada bank Allah yang kekal. Amalan mentarbiyah anak-anak mereka dengan ilmu mengenal Allah, menghamba dan mengabdikan diri hanya untuk Allah. Jadilah ia amalan yang sempurna sebagai harapan kebahagian dunia dan akhirat. Itu semua karena mereka memahami kadar dan hakikat cinta. Cinta mereka pada Allah dan agama Rasul-Nya lebih besar dari segalanya yang mereka cinta di dunia. Karena pada hakikatnya, cinta bukanlah menjerat pada kemaksiatan dan kelaliman, cinta mentarbiyah diri dari kesenangan merobek iman pada ketentraman mendobrak kejahilan. Pada mereka, kadar cinta menjadi terstruktur dengan landasan karena Allah, hingga kekal-lah mereka dalam Jannah-Nya.




Pada mereka hendak ku katakan;
Wahai ayah bunda, cintai kami dengan cinta yang pasti karena Allah, tarbiyah kami dengan ilmu mengenal dan mencintai Allah, agak kami menjadi cahayamu di muka bumi.
Dan engkau sang anak, jadilah permata untuk ayah bunda, tak hanya di dunia, bahkan berujung hingga ke surga. Sebab keshalihanmu mampu membeli segalanya di bumi ini.

Jua pada sang jiwa kukatakan, aku mencintaimu wahai Abi wa Ummi, semoga ianya senantiasa tersisir dalam koridor cinta pada sang khalik. Keshalihanmu wahai abi dan ummi, menjadi penegar diri dikala lemah dan menjadi penguat jiwa dikala resah. Semoga cinta kita terefleksi pada marjan-marjan indah penghias istana akhirat-Nya. Aamiin...Allahumma ajib du'a'ii...

Wallahu a'lam bishshawaab

*) Pictures Source: quosa.wordpress.com, eviandrianimois.blogspot.com, and google image search.