::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

26/11/2012

Tentang Amanah


 ..................................
Bagai perisai-perisai janji,
Ia menepi untuk mendapatkan helaan
Jika jalan sehala tak mampu mematri diri
Maka biarkan mulut terkatup dan hati bersinaran


Waktu masih membilang zuhur saat seorang akhwat yang sering saya jumpai sekilas di berbagai kesempatan datang dan mengetuk pintu sekretariat Tutorial. Saat itu saya jumpai ia sedikit dalam kebingungan dan meminta bantuan, menanyakan apakah ada seseorang yang menemukan cincin yang ia lupa tanpa sengaja meninggalkannya di tempat wudhu akhwat. Kami bertiga yang menerima berita tidak mendapati apapun, terlebih-lebih saya yang baru tiba dari suatu tempat. Ketika itu kami sarankan agar beliau menanyakan hal tersebut pada para khadimat masjid. Namun saya melihat ada rona kekhawatiran dalam semburat wajahnya, mungkin ada rasa ragu mungkin juga karena sebenarnya ia tidak tahu dimana letak ruang khusus yang kami maksudkan. Akhirnya saya putuskan untuk membersamainya menemui orang-orang yang dimaksud. Hanya sedikit ingin membantu mengusir rasa gusar dihatinya. Sebenarnya ini kali kedua saya mendapati seorang akhwat yang kehilangan cincinnya, karena saya jua seorang perempuan, akan menjadi sangat menyenangkan bila saya bisa ada disisi mereka dan membantu meringankan sedikit beban dihatinya, meski kita sebenarnya tak saling mengenal, tapi yang pasti kami mengenal ukhuwah.

23/11/2012

Hakikat Cinta

"Karena pada hakikatnya, cinta bukanlah menjerat pada kemaksiatan dan kelaliman, cinta men-tarbiyah diri dari kesenangan merobek iman pada ketentraman mendobrak kejahilan."

-Syifa Zein Az-Zahra-

 

06/11/2012

Ibrah dari Kisah Hidup Manusia (Part I)

Ini bukan kali pertama saya membuka lembaran halaman website seorang sahabat yang saat ini sudah memperoleh gelar Jayyid Jiddan untuk Strata 1-nya. Terlalu banyak kisah yang tak terpelak lidah ketika membaca kisah-kisah hidupnya di negeri para Anbiya.

Salah satunya, selalu tentang bagaimana kelezatan dirinya dan sahabatnya dalam mengkhatamkan hafalan Qur'annya sebagai syarat untuk kelulusan S1 di Al-Azhar Kairo. Hal ini tentu menjadi pemicu dan pemacu semangat tersendiri untuk saya. Tiap kali saya mengunjungi blognya, selalu ada rasa semangat menggelora yang tertinggal dalam jiwa untuk terus melanjutkan dan mengkhatamkan hafalan ayat-ayat Allah. Walau tak bisa saya ingkari, kadang ada perasaan ingin berhenti barang sejenak...saja untuk tidak menghafal ayat-ayat cinta-Nya yang mulia, tapi niat itu selalu digagalkan oleh kasih sayang Allah. Semangatnya yang menggelora, jihadnya untuk mendapatkan cinta Allah yang tak pernah pupus hingga saat ini saya mengenalnya, juga pada bagaimana wara'nya beliau dalam hidup, sungguh saaangat berhati-hati. Semua hal tersebut menjadikan saya begitu malu, malu pada Allah, malu karena saya masih belum bisa menggapai hidayah seperti yang diperuntukkan baginya.

03/11/2012

Pursuit of Happiness

Aku mengulang tabuh untuk yang kesekian kalinya. Jika untaian waktu lalu hatiku diliputi awan mendung tak berhujan, pagi ini ia berbeda, ada banyak cinta yang Allah beri lewat pagi yang menuntun matahari menjadi terik.

Pursuit of happiness,
Untaian prase yang sedang kugemakan sebelum langkah menjadi lebih lesu dan azzam tak lagi berdawai. Memaksakan diri untuk menjadi semangat rupanya sangat perlu daripada membanting diri pada kesedihan berlarut dan hidup bersendirian. Sebab Allah tahu dan bijak, Ia kirimkan malaikat pembawa kabar hingga dihati manusia terasa resah dan gelisah, namun setelahnya ia tawarkan sejumput syifa penyembuh gundah dan penghancur resah.

Setelah sepanjang malam dilalui dengan tangisan dan mimpi sebagai wakilan dari kejadian hari-hari, pagi hari aku jumpai diriku dan ku azzamkan bahwa hidup tak cukup sampai dengan ujian 'seperti ini'. Tahukah, pijakan demi pijakan telah ditapaki, tinggal tangga tangga berikutnya yang masih menunggu untuk dilalui. Dan akhirnya, ku patrikan janji pada Rabb-ku bahwa aku bukanlah wanita tangguh tapi juga bukan wanita lemah, ku katakan pada Tuhanku, 'Ya Allah, engkau tidak pernah mengajarkan lewat kisah-kisah para wanita shalihah kecintaanmu -Bunda Khadijah, Bunda Aisyah, Bunda Hajar, Bunda Fatimah- tentang bagaimana kelemahan dan kemunduran mereka menghadapi masalah, maka tidaklah semestinya aku menjadikan diriku lalai dan berputus asa dari rahmat-Mu.'

Dan akhirnya, setelah renungan itu, kutatap wajah didepan cermin, ada seulas senyuman yang dimulai terpaksa agar diri berpijak dengan kuat. Satu jam kemudian, Allah iringi niat suci untuk bersemangat dan bangkit kembali dengan rasa tenang dan kedamaian dihati. Yup, siap bergerak bahwa hari ini akan banyak agenda mulia menyapa diri.

02/11/2012

Pada Apa yang Tersalah

Pada Jum'at pagi yang melunturkan semangat, menggantikan senyuman dengan tangisan, menggantikan rencana agenda dengan kebingungan, dan beterbangan mimpi lewat kabar yang tersalamkan.

Tepat pukul 12.50pm tulisan ini saya buat, bergeser 6 jam setelah saya mendapati macam berita yang memberatkan jiwa dan perasaan. Bukan karena pada hal yang mengancam keselamatan dan keburukan terhadap diri sendiri, tapi pada hal dimana seorang sahabat lainnya menjadi tersungkur oleh karena kejahilan saya.

Mencoba bertahan pada pertahanan diri, tapi ternyata saya masih belum mampu dengan teguh mendapati kabar semacam itu. Ada sekian waktu yang saya butuhkan untuk menghibernasi diri, berdiam dan memikirkan sejauh mana kekhilafan itu saya perbuat, sampai pada akhirnya saya mampu memijakkan kaki di bumi dengan kokoh. Namun, pada hal ini, belum saya dapati secara jelas dimana titik-titik kesalahan itu. Apa yang menjadi janggal dan dianggap keliru. Oleh pasti karena dhaif dan bodohnya saya menjaga sikap, pastilah kedhaifan itu menjadikan sahabat saya menjadi begitu tidak tentram batinnya.