::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

19/05/2013

Untuk Sahabat, Untuk yang Dicinta

 Bismillahirrahmanirrahiim

Pada pagi yang rimbun dan disesaki dingin menyelinap kesemburat pori-pori kulit, telah lama ingin kutuliskan tentang ini wahai sahabatku, tentang kebahagiaanku memilikimu, mengertimu, dan bersamamu walau tidak pada semua untaian waktu.

Sahabatku, kita tidak pernah tahu waktu dimana kita menyulam cinta, kapan tepatnya Allah menakdirkan ada rasa kasih yang dalam dihati-hati kita untuk satu sama lain. Sebab pertemuan kita adalah pertemuan para sahabat pada umumnya, yang tidak pernah tahu akan Quo Vadis rantaian kisah kita. Dari kisah sahabat, kita bertingkah dan melangkah lebih jauh pada kisah ukhuwah. Tahukah, ketika berdekatan denganmu, hanya ada rasa damai dan tentram, meski diluar sana banyak amanah menanti, kau tenangkan, kau damaikan, meski kau tak sadar, dan aku pun tentu, baru ku sadar setelah tahun ke-4 persahabatan kita terjalin. Ukhuwah itu ternyata semakin rimbun, ia menyejukan, mendamaikan.

Kau tahu, mengapa aku mencintaimu?
Awalnya aku kira sama, aku hanya mencintaimu layaknya pada kasihku terhadap ikhwah shalihah lainnya, yang terjalin karena intensitas pertemuan dan pergolakan wajihah. Ya, kukira begitu. Tapi Allah mau aku tahu, untukmu ternyata bukan itu yang aku rasa.

Tidak pernah kuduga bahwa engkau hadir pada waktu sedih dan bahagiaku, meski diluar sana, aku sangat tahu dan mengerti, tentu banyak sahabatmu yang lebih baik dan amanahmu yang menjejal waktu. Betapa hanya kuminta pada Rabbku, agar Ia menyayangimu lebih daripada aku mencintaimu. Cintaku padamu tidak terkata, semakin mengingatmu, semakin besar doaku pada Rabbku untukmu, agar cinta kita tetap tertata sampai pada usia dimana kita bertemu lagi di Jannah-Nya. Ketika cintaku menjadi semakin besar padamu, hanya untaian air mata yang mengiringi rinduku, sebab kutahu, waktu luang kita tidak sama, sebab itu kita jarang temu bersama.

Engkau, yang selalu bertingkah layaknya Ibu bagi kami, -tiga serangkai berkacamata-, aku mencintaimu dengan sangat, layaknya kakak yang bijaksana, sabar mendengar keluhanku meski seringkali kau lelah sepulang beraktifitas, aku menggelayutimu dengan celotehku yang manja dan penuh kepusingan. Yang bila pagi datang ketika kami singgah dirumahnya, ia rela menyiapkan sarapan dan membiarkan kami belajar dikamarnya. Tapi sabar dan senyummu yang mendamaikan. Dari itu, aku mencintaimu, sangat.

Engkau, yang selalu bertingkah dengan  kepolosan tanpa polesan, aku bangga mencintaimu. Kadang kita saling mengisi, engkau yang selalu bersemangat dengan agenda yang sering over lap, pelupa terkadang menjadi sandanganmu, namun ghirahmu yang memukulku untuk bersemangat mengais ilmu Allah. Kadang bila kau lelah, kau sering terlelap menunggu kedatanganku. Aku jua mencintaimu.

Aku, yang sering tertidur ketika berjanji untuk hadir dan engkau berdua menunggu kedatanganku. Aku yang selalu ingin berada didekat engkau sahabat, meski tak mungkin, aku yang selalu bahagia berada disisimu, berjejer dalam barisan tidur dimalam hari ketika kita bersama; aku, si kacamata imut yang sering takut pergi ke hamam seorang diri dimalam hari, dan seorang kakak yang senantiasa mengayomi kami. Selalu  begitu. Aku mencintaimu.

Jejeran terakhir dimalam itu membuat aku tersadar, bahwa Allah memberikan cinta yang banyak padaku untukmu wahai sahabatku, saudariku. Bukan karena seringnya kita bertemu, tapi ketika aku didekatmu, engkau senantiasa berusaha menjaga dan mengingatkanku dari hal yang sia-sia terhadap dunia.

Bersyukurlah kita pada yang mencipta cinta, yang menurunkan perasaan bahagia ketika kita berdekatan satu sama lain, yang saling memancarkan energi positif untuk senantiasa dekat bersama-sama kepada Allah.

Hanya satu, aku mencintaimu saudariku, karena Allah. :')

Best Love and Regard,
Nur Aini Mursalin

Didedikasikan penuh cinta untuk saudari seperjuangan,
dicinta dan dirindu karena Allah.
Ukhti Ade Fitriyani & Ukhti KarTika Febriani