::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

12/05/2013

Dari Asa ke Asa

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dalam denting pagi yang sejuk, gemercik embunnya masih semilir bumi.
Rasanya sudah berabad lama saya terkurung dalam sangkar berukuran 2x3.5 m ini, tapi tentu tidak, pastinya hanya beberapa hari ketika Allah uji saya dengan Faringitis yang manja. 
Masih terasa sakitnya, ketika malam lalu Allah uji saya dengan keluluhan tulang disekujur tubuh, kepala pening, nafas yang tersendat, serta suara yang hilang tak bersisa sama sekali.

Tepat pada pukul 2 malam, ketika sulit menghubungi dan memanggil siapapun, Allah mau agar saya tetap dalam ketawakalan bersama-Nya. Allah mau agar saya mampu menjadi wanita yang kuat meski tanpa sahabat, meski tanpa kasih sayang ummi yang senantiasa didekat. Allah mau agar hanya pada-Nya saya mengiba pertolongan, dan tepat pada hari ke-5, ibrah itu nampak muncul jelas, bahwa Ia tidak pernah luput pertolongan-Nya bagi hamba-Nya, tak pelik mereka ta'at atau ingkar, oleh sebab saya pun bukanlah hamba-Nya yang bersih lagi taat, namun Rahman dan Rahim-Nya memberkahi setiap helaian nafas, buaian waktu, dan irisan masa.
Allah...

Rabb, pagi ini kerinduanku membuncah, mengais harapan yang tertunda, saya rindu tanah Melayu, Malaysia. Rindu akan ukhuwah mereka yang berasas Ilahi, kasih sayang yang tak memandang pernah kenal atau tidak. Saya rindu tanah hitam, pohon hijau besar yang menjulang, gedung biru dengan hiasan-hiasannya, dan rumah panggungnya, serta tabiat para mak cik dan pak cik dalam menuai tetamu. Lewat adat, banyak yang mereka ajarkan pada saya beberapa tahun lalu. Tentang kesahajaan, kesopanan, dan ketulusan persaudaraan. 

Rasanya sudah lama pula saya tak mengunjungi mereka, yang selalu tersenyum menjamu orang asing, berkarib-karib laksana kawan dekat yang lama tak bersua. Namun karena i'tikad pernikahan, tentu saya mesti mengambil keputusan untuk tidak melanglang buana menjelajah negeri orang, sebab saya perempuan. Hampir lama saya tunggu, namun pernikahan itu tak kunjung hadir, bahkan sinyalnya pun tak kunjung jelas, titiknya masih sangat remang, masih hanya berharap dan berharap, sebab lagi-lagi saya perempuan. Hampir 1 tahun lamanya saya memutuskan untuk menghilang dari dunia jelajah budaya dan edukasi dunia luar, saya rindu masa itu, namun tentu saya mesti patuhi petuah-petuah orang tua dan yang dicinta. Harapan saya terlalu tinggi, menjadi seorang menteri pendidikan, atau seorang duta pendidikan yang shalihah, namun baru ketika memulainya, saya memutus tali untuk sampai pada puncak. Lagi-lagi, karena bayang-bayang pernikahan sudah menjamur dibenak saya, kata-kata manis sudah mantap menguatkan hati, dan lagi-lagi karena saya perempuan, saya terbuai, mengiakan, menaruh harapan, men-delay cita, dan menunggu dalam ketidak pastian, dan pernikahan, entah kapan akan terwujud.

Oh Allah, rasanya pagi ini sabar itu masih ada. Sebab saya yakin, Engkau Yang Maha Bijak, yang memautkan takdirku dari satu helai ke helai lainnya, sehingga ketika panjang sudah kuramu, maka ku tahu ibrahnya.

Namun Rabb, salahkah jika saya rindui pernikahan yang Engkau berkahi dalam waktu dekat ini dengan seseorang yang saya harapkan?

Sebab saya perempuan...

Dalam sekat kamar biru, 
berpeluh rindu pada masa lalu dan harapan dimasa mendatang;
Syifa Zein Azzahra