::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

14/02/2013

Sebab, "Anta Ma'a Man Ahbabta"

"......Meskipun Allah tidak menakdirkan kita 'berjumpa' didunia, semoga Allah mempersatukan kita bersama di Jannah-Nya"

Bukan dari sebuah goresan pena atau catatan lembaran buku yang beribu-ribu ketebalan halamannya dengan bualan-bualan tentang cinta yang membuat singgasana jiwa melayang terapung di udara, tapi ia terdengar lewat lidah seseorang yang dikenal keshalihan dan keta'atannya pada Allah, sehingga damai menerimanya, meski, lagi-lagi, hanya Allah-lah sandaran hingga penghujungnya.

Cinta, bukan makna dari ungkapan lisan 'uhibbukum', 'I love you', atau sejenisnya yang memabukkan rasa hingga lupa pada khaliqnya. Meski kadang pendar-pendar kebahagiaan menawarkan pengorbanan untuk mencapai kebersamaan mardhatillah, tapi itulah cinta. Karena pada hakikatnya, cinta bukanlah menjerat pada kemaksiatan dan kelaliman, cinta men-tarbiyah diri dari kesenangan merobek iman pada ketentraman mendobrak kejahilan.
 
Keduanya sarat akan makna, jika cinta menawarkan kebahagiaan, maka kebahagiaan sendiri adalah gabungan makna yang memaksa menghadirkan rentetan sejarah pilu dan keluh, berkumpul, terakumulasi, sehingga bila mereka semua terlampaui dengan masa dan ikhtiarnya, maka bahagia itu hadir sebagai hadiah terindah dari Allah, mereplasikan semua yang perih, mensubstitusi semua yang pilu, hingga puncaknya akan beroleh senyum yang mendamaikan jiwa; bahagia. Dan, kebersamaan, tentu adalah harapan. Pada yang dicinta, kebersamaan akan selalu menjadi orientasi cinta, sebab bila hati terpaut oleh karena Allah,  maka demandasi makna membersamai akan menjadi intensitas yang tinggi.

Cinta, ia akan selalu berteman dengan rindu. Menjadi karib, bahkan saudara yang tak bisa lekang oleh waktu, namun kadang perih menyapa ketika berjauhan. Dan harapan membersamai adalah jawaban; jawaban untuk hati yang tertatih karena rindu, dan cinta yang belum tersulam dengan sempurna.

Kebersamaan adalah jawaban dari makna bahagia atas cinta yang hadir dengan keikhlasan beribu makna, sedang maut adalah teman kehidupan. Oleh sebab cinta, maka hadir rindu. Oleh sebab ada cinta, maka menginginkan bersama dengan yang dicinta adalah keniscayaan yang terkadang memaksa jiwa yang tidak punya kuasa.
Namun lagi, sandaran kita hanyalah Allah semata, yang memiftrahkan cinta, yang membersamakan dan mempersatukan serta memilihkan jiwa-jiwa yang berikhtiar melepas peluh dengan menggantikannya dengan kebahagiaan kebersamaan, meski kematian adalah jawaban, tapi yakinkah engkau wahai Sahabat, bahwa bahagia itu akan tetap hadir, meski dilatasi waktu menjadi mustahil, namun Allah telah janjikan melalui lisan kekasih-Nya;
Anas radhiallahu anhu, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” -HR Bukhari-

Dan kematian, bukanlah suatu hal yang mustahil untuk menjawab bahwa bahagia akan menjemputmu untuk bersamanya setelah menyapa gerbang kematian. Meski di dunia tak beroleh pandangan 'sang jiwa', kabar bahagia dari Rasulullah akan mereplasikan makna dengan kebahagiaan bersama yang  dicinta, oleh sebab 'anta ma'a man ahbabta'.

:: Berbahagialah yang saling mencintai karena Allah, sebab Allah pun cinta dan menurunkan barakah-Nya untuk mereka ::
Robiul Akhir 2, 1434
With Love,
¬Syifa Zein Az-Zahra¬