::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

06/11/2012

Ibrah dari Kisah Hidup Manusia (Part I)

Ini bukan kali pertama saya membuka lembaran halaman website seorang sahabat yang saat ini sudah memperoleh gelar Jayyid Jiddan untuk Strata 1-nya. Terlalu banyak kisah yang tak terpelak lidah ketika membaca kisah-kisah hidupnya di negeri para Anbiya.

Salah satunya, selalu tentang bagaimana kelezatan dirinya dan sahabatnya dalam mengkhatamkan hafalan Qur'annya sebagai syarat untuk kelulusan S1 di Al-Azhar Kairo. Hal ini tentu menjadi pemicu dan pemacu semangat tersendiri untuk saya. Tiap kali saya mengunjungi blognya, selalu ada rasa semangat menggelora yang tertinggal dalam jiwa untuk terus melanjutkan dan mengkhatamkan hafalan ayat-ayat Allah. Walau tak bisa saya ingkari, kadang ada perasaan ingin berhenti barang sejenak...saja untuk tidak menghafal ayat-ayat cinta-Nya yang mulia, tapi niat itu selalu digagalkan oleh kasih sayang Allah. Semangatnya yang menggelora, jihadnya untuk mendapatkan cinta Allah yang tak pernah pupus hingga saat ini saya mengenalnya, juga pada bagaimana wara'nya beliau dalam hidup, sungguh saaangat berhati-hati. Semua hal tersebut menjadikan saya begitu malu, malu pada Allah, malu karena saya masih belum bisa menggapai hidayah seperti yang diperuntukkan baginya.


Ada cerita menarik tentang bagaimana ia dan kawannya mengkhatamkan hafalan Qur'annya dalam masa studi S1 mereka. Kisah bagaimana seorang sahibnya yang orang lain memandanganya dengan pandangan sebagai 'orang biasa' namun bermujahadah dengan ikhtiar yang luar biasa. Namanya begitu mulia, sehingga ia tak bisa disebutkan dan diberitahukan pada khalayak, juga saya tak pantas menyebutkannya tanpa ada perijinan darinya. Biar hanya malaikat dan Allah yang tahu tentang nama hamba-hamba yang dicintai-Nya. Baiklah, tak penting soal nama, yang penting nak bagaimana kita mengambil ibrah dari kisah mujahadahnya menghafal Al-Qur'an.


Tentang seseorang (sahabatnya sahabat saya), melalui kisah yang dikisahkan sang sahabat dalam blog pribadinya. Kita coba padankan namanya dengan sebutan Rijal. Sang Rijal, adalah seorang yang biasa-biasa saja dalam pandangan sahabatnya. Ilmunya tak begitu banyak, cakapnya pun tak sepandai para mahasiswa kulliyatul banaat di Al-Azhar, bahkan ketibaannya pun di Al-Azhar Kairo untuk belajar menjadi suatu hal yang tidak ia duga, sebab diawal capaian itu hanya menjadi angan-angan tinggi. Step cerita, sang Rijal (yang menjadi sahabat karib dari sahib saya tersebut) dalam masa awal penempuhan studinya, sempat terfikir dalam benaknya untuk kembali ke negara asalnya dikarenakan sulitnya ia mencerna pelajaran di Al-Azhar sana, juga untuk keterbatasan kosakata bahasa Arab yang dimilikinya diawal tahun menjejak Mesir. 

.......Ia begitu harus sering mengulang-ulang pelajaran setelah perkuliahan selesai, ketika orang lain hanya membutuhkan waktu satu atau dua jam untuk enrichment skill, dia membutuhkan waktu ganda dari yang seharusnya, ketika seseorang tidur untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, dia kurangi waktu tidurnya untuk membaginya dengan waktu belajar tambahan. Sekali-kali bukan karena istilah 'Going Extra Miles' yang menjadikan dirinya terlihat dan terkesan luar biasa dalam menempuh ilmu Allah, tapi karena kebutuhan menjadikan dirinya mencapai ilmu yang setara dengan teman-temannya, dia butuh waktu lebih untuk mencapai yang setara dengan manusia lainnya. Tentu bukan karena hafalannya yang buruk dan kerja otaknya yang tak memadai untuk kuliah di universitas sekaliber dunia, hanya saja ia butuh waktu tambahan untuk memperkaya diri untuk menampung ilmu dalam jiwanya. Program hafalan Qur'an juga menjadi momok baginya. Modalnya hanya beberapa juz (<10 juz) untuk tiba di Mesir, sehingga ia harus menambah hafalan lebih banyak lagi untuk menamatkan studinya. Beruntung Allah karuniakan sahabat-sahabat pengekang surga yang begitu sabar membantunya.

MasyaAllah...15 menit lagi beranjak pukul 06.00am, saya ada kuliah pukul 07.00. Aasif...tak bisa dilanjutkan nowadays, insyaAllah bila ada sempat jua, sila simak beberapa waktu menjelang.