::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

16/10/2012

Arti Sebuah Kehilangan

Sahabat, saya hanya sedikit ingin bercerita tentang apa yang dikatakan orang dengan dekat, tentang apa yang dikategorikan dengan cinta dan kasih sayang, jua dengan apa yang dianggap orang sebagai sahabat.

Sebenarnya ini bukanlah waktunya untuk menulis catatan di waktu sepertiga malam yang seharusnya lebih layak diaprosiasi untuk melakukan ibadah mahdah. Tapi, saya rasa hati saya masih jua belum tenang mengingat fakta kejadian yang saya telah lalui satu hari terakhir. Sedangkan satu hari ini saya akan memiliki jadwal padat dari pukul 07.00-17.00 dengan break hanya untuk shalat saja, jadi saya rasa tidak ada salahnya menumpahkan sedikit sisa-sisa kegundahan pada tulisan ini agar tidak menjadi bekas fikiran dalam rentang kerja hari ini.

Kata orang tentang cinta bahwa ia adalah suatu yang mendamaikan dan menentramkan, sehingga ia layak berbuah kasih sayang. Kata orang tentang kehilangan adalah efek alamiah dan natural dalam kehidupan, sedangkan 'rasanya' adalah efek dari cinta yang pernah ada.

Begitupun jua dengan saya, Allah ajari saya tentang cinta dan kehilangan lewat sebuah kejadian. Mungkin Allah inginkan saya agar tidak terlalu mencintai sesuatu, sehingga bila ia hilang dari pandangan atau kebiasaan, maka 'rasa' itu yang akan menjadi 'menjelimet' dan tak dimengerti oleh semua orang. Dua hari lalu, Allah takdirkan 'Syahla' saya hilang dari pandangan. Saya masih ingat betul bahwa pada pukul 11.00am, saya pergi mengantarkan seorang adik tingkat ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli hadiah pernikahan. Beberapa menit duduk didalam angkutan umum, saya baru tersadar bahwa Syahla saya tertinggal di tempat sebelumnya saya stay. Namun karena anggapan saya tempat tersebut adalah tempat yang insyaAllah aman, maka saya tidak terlalu mengambil pusing. Selesai berbelanja keperluan yang dibutuhkan, seorang sahabat menghubungi saya untuk bisa hadir ke acara Grup Discussion untuk sedikit membantu dan memandu jalannya diskusi, sehingga pada saat itu saya tidak berkesempatan untuk kembali ketempat dimana Syahla saya tertinggal, beranggapan akan bisa mengambilnya setelah GD selesai, tetapi nyatanya GD itu diselenggarakan sampai sore. Akhirnya, saya menitipkan bantuan pada seorang ikhwah shalih yang berkenan membantu. Dan alhasil, cerita sore itu ditutup dengan "Syahla belum ditemukan".

Ada harapan besar bagi saya mengingat kata yang diutarakan adalah "Belum ditemukan", dan sugesti saya mengatakan bahwa Syahla masih ada disana. Esok hari pukul 13.30, saya bergegas mengunjungi tempat dimana Syahla menghilang, rupanya Allah takdirkan pertemuan kita masih terhalang. Akhirnya, sore pukul 16.00 saya menyimpulkan bahwa "Syahla telah menghilang." Sedikit sulit rasanya menerima kehilangannya, sebab ia adalah hadiah dari ummi pada saat semester 1 akhir dan telah sekian lama menemani perjalanan kuliah saya hingga pertengahan semester 7 ini. Sahabat, tahukah kau siapa Syahla yang diitipkan Allah pada saya. Syahla saya adalah sebuah handphone berlabel Nokia 2630 yang sederhana validitas fasi dan sistemnya.

Syahla Shifwah Hafidzh

Nama lengkapnya adalah Syahla Shifwah Hafidzh. Tentang kehilangannya, sebagian orang merespon dengan mengatakan "untung bukan Salsabil yang hilang" atau "kan masih ada 1 lagi, hilang 1 juga ga papa kan?".

Bukan ucapan itu yang saya harapkan, karena buat saya itu sama sekali tidak mendamaikan hati. Namun lainnya mengatakan, "kalau memang jodohnya ya enggak kemana teh, nanti juga dia balik lagi". Nah, yang ini sedikit menentramkan hati dan fikiran. Setidaknya ada sunggingan senyum dibalik kegamangan.

Sore berjalan menjelang malam, saya teringat kisah bagaimana Syahla bisa sampai ketangan saya beberapa tahun lalu. Ada rasa sedih dan ingin menitikkan air mata, namun segera teringat perkataan seorang sahabat, "Air mata perempuan itu mahal artinya, jadi jangan sembarangan menangis", jadi saya urungkan untuk bersedih berlarut-larut.
Hmm, ketika itu Allah hadirkan Syahla lewat hadiah yang ummi berikan pada akhir semester awal sebagai bentuk apresiasi ummi karena saya sedikit demi sedikit mampu menghilangkan suara tangisan dan rengekan ingin pulang -dibulan ke-6 tingkat pertama kuliah- tiap saat ummi menelpon saya. Tentu sangat senang saya menerimanya dan saya berjanji pada Allah akan menjadikannya dia sahabat yang bermanfaat hingga saya tamat kuliah S1. Dia tidak pernah mengeluhkan ini dan itu, tidak pernah sakit, namun dibeberapa bulan terakhir dia hanya sedikit bekerja lebih lambat dari biasanya, namun saya sangat memaklum itu.

Meski kata orang itu biasa, namun buat saya, Syahla adalah titipan Allah yang luar biasa. Benar memang, sekuat azzam terbuhul, kenyataan kadang tak selaras. Saya inginkan Syahla setidaknya mampu menemani saya hingga saya menamatkan S1, namun dipertengahan semester 7 dia telah tiada. Dan tentang siapa yang memberi, itu juga yang masih menjadikan saya merasa bersalah karena tidak menjaga Syahla dengan baik.
:`(

Untuk menentramkan hati, mungkin kembali lagi mengingat formula "titipan", bahwa mungkin Allah hanya menitipkan (mengamanahkan) Syahla hanya berbilang lebih kurang 2,5 tahun pada saya. Dan dibulan selanjutnya, mungkin saja Allah ingin orang lain yang menjaga Syahla. Dan itu artinya, sudah menjadi kewajiban saya untuk berusaha mengikhlaskan kepergian Syahla.

Ya Allah... kini, ijinkan hamba menjaga apa-apa yang tersisa agar bisa beroleh manfaat darinya.
  
Salsabila Nufus Hafidzh

Shafwatush Shafwah Hafidzh

Dari hilangnya Syahla, saya belajar bagaimana cinta itu bekerja dan sebenarnya ia selama ini ada. Saya belajar mengenal cinta dan kesungguhannya lewat kebersamaan. Bukan, bukan cinta buta yang dianggap sebagian orang menggelincirkan. Cinta saya hadir dan terasa ketika ia telah pergi dan tidak ada lagi dalam pandangan. Mungkin bahasa  hati ini hanya akan bisa dimengerti oleh orang yang bisa menghadirkan hatinya untuk cinta-cinta yang tidak dianggap biasa oleh orang lain lewat cara mengasihinya, keberadaannya, juga kepergiannya.

Cinta yang selama ini sulit saya definisikan -selain pada ummi dan akhwatfillah-, kini saya temukan artinya lewat Syahla yang pergi.

Ya Allah, mohon ijinkan hati ini terasa tentram, meskipun pada rasa sulitnya kehilangan. Ijinkan hamba memohon, agar Engkau titipkan Syahla pada orang yang shalih dan yang menjaganya setelah kebersamaan kami telah habis. Mohon ikhlaskan hati ini wahai Rabb..