::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

29/09/2011

Itukah Persahabatan...






Itukah Persahabatan (Dihapin)


Semula kau kuanggap pelita dalam hidupku
semula kau kuanggap mata air gersang batinku
kau basuh kegundahanku dengan gelak tawa ceritamu
kau siram kegelisahanku dengan cerita manismu

selalu kurasakan senangnya hati denganmu
selalu kuharapkan saat-saat kehadiranmu
kau basuh keresahanku dengan kisah-kisah hinamu
kau siram kedukaanku dengan semua dustamu

Reff: serasa kuterjaga
dalam mimpi setelah aku sadari
engkau berlabuh
hanya dikala suka tiada kala kuduka
itukah persahabatan
yang engkau tawarkan
tak pernah nyata terbalaskan
oh betapa kecewa ku kepadamu
betapa kecewa sahabatku

wahai illahi....Rabbi..
berilah aku ketajaman mata hati
sahabat sejati...sahabat sejati 


Sahabat, pernah denger lirik di atas? Wah, Subhanallah keren deh maknanya, hmmm musiknya juga seru. (duh, penilaian pribadi tuh :P)
Yup, Dihapin dengan judul lagunya "Itukah Persahabatan". 

Manusia sebagai makhluk sosial tentu memerankan perannya dalam sosialisasi heterogen (atau homogen) dengan manusia lainnya. Didalam proses sosialisasinya, ada interaksi dimana antara satu makhluk (red: manusia) merasa membutuhkan deeperly. Artinya, seseorang merasa terpaut lebih jauh ketika disana ada sebuah kenyamanan dari kebersamaan. Nah, ini yang namanya buah sosialisasi dan interaksi. 

Hubungan dekat (sahabat) antara seseorang dengan seseorang lainnya menjadikan satu sama lain akan merasa nyaman dan aman di dekatnya. Sebelum merangkak lebih jauh, garis bawahi kata-kata "sahabat" ya. Sahabat disini lebih kepada interaksi positif sesama jenis, kalau antar jenis, terkadang persahabatan bisa merambah pada hal-hal yang tidak diinginkan (mungkin diinginkan oleh sebagian orang). -Ah, penilaian yang berasaskan pengalaman dari kawan-kawan itu mah-



Dalam proses bersahabat, ternyata bukan cukup ketika kita merasa aman, nyaman, senang, dll (yang biasa kita rasakan dengan sahabat kita). Tapi ada banyak hal lainnya juga yang patut dipertimbangkan. Pertimbangan pertama, seorang sahabat mestilah se-diin dengan kita. Don't be false ya, 'Sahabat' yang saya bahas disini dalam arti sebenar-benarnya sahabat loh. Pernah baca kan dalam ayat dalam Al-Qur'an, bahwa sesungguhnya seorang muslim dilarang memberikan kepercayaan sepenuhnya pada seorang non muslim. Itu artinya, tau lah...!!!



Eits, jangan menyalah artikan dulu, bukan berarti kita harus menjaga jarak dan membatasi pergaulan dengan orang non muslim. Anjuran tersebut adalah untuk memperingati kita bahwa sesungguhnya lebih baik untuk mengambil sahabat dari golongan kita sendiri (golongan muslim). Kan tahu sendiri, seseorang ketika sudah bersamaan dengan sahabatnya, hal yang 'paling pribadi banget' aja sampai diceritakan pada sang sahabat. 

Ibrahnya, ketika kita tidak mengangkat sahabat pada seorang non-muslim dan sampai persahabatan itu 'broken out' (amit amit cabang baby), at least rahasia kita tidak akan tersiar kemana-mana (apalagi sampai di siarkan di TV). Ingat, urusan agama adalah urusan yang sangat sensitif, gak bisa di tukerin tuh sama yang namanya friendship chain between two religions or more.

Pertimbangan kedua, kita kudu tahu, yang mana sahabat yang bisa membuat kita tidak lalai dari urusan kita sama Allah. Syukur-syukur sang sahabat lebih mumpuni dan mampu membawa kita pada jalan kebaikan. Wah... kan jadi tambah cakep akhlak kita. Ya gak???

Nah, poin yang ini penting banget deh. Kita emang kudu pintar-pintar pilih sahabat. Ada sebagian orang yang nyaman dengan sebagian orang lainnya, padahal kenyamananya hanya bisa diukur karena kebersamaannya dipenuhi canda, tawa, dan ceriwis ria. Pokoknya jauh dari nilai-nilai keislaman sehingga menjauhkan mereka (over all) dari Allah. Ya.. yang kayak gitu sih banyak, paling tolak ukurnya bahagia duniawi.

Kalau dilihat, satu sisi mereka bahagia. Di sisi lainnya, who knows? 
Dan sudah tentu persahabatan itu tidak bisa di nilai via senyum dan bahagia aja kan? 

Pepatah telah tersiar bahwa katanya 'seorang sahabat bukan cuma ada ketika kita bahagia, tapi juga available ketika hati sedang berduka dan diri sengsara'. Pepatah dari mana mbak? *&^% Dari mana aja boleh!!! :P
''Nduk, di jaman sekarang ini banyak seseorang -mereka sebut 'sahabat'- yang hanya ada ketika jalan kita tidak berduri, tapi ketika duka membalut hati, mereka akan terhenti seperti mimpi.'' Kata seorang ibu pada anaknya.

Kalau di fikir-fikir persahabatan yang seperti itu memang banyak, buanyak banget. Tinggal bagaimana kita, mau terjun ke lembah yang mana.

Tuh kan, banyak deh pokoknya hal-hal yang bisa kita pertimbangkan untuk mengambil seseorang menjadi sahabat kita. Sebab persahabatan tidak hanya sekedar menuruti intuisi kita, tapi juga fikrah kita. Ya, ditimbang-timbang gitu maksudnya. 

Ok deh sahabat, untuk sementara ini dua aja dulu, pertimbangan selebihnya saya fikirkan lagi nanti. Yang pasti, ketika persahabatan berlandaskan keimanan dan kecintaan kita pada Allah, insyaallah deh persahabatan itu akan mantap hari demi hari dan waktu demi waktu yang bergulir semakin terjejali dengan semak-semak bahagia. -Gak kaya yang didalam liriknya Dihapin-. Lha, wong udah di jamin oleh Allah kok.

Pernah denger kan kisah tentang dua orang sahabat yang di hisab di yaumil qiyamah?! 

Ada dua orang yang bersahabat karena Allah dan keduanya berusaha mendekatkan diri pada Allah di sisa umur mereka setelah perjumpaan keduanya. Nah, singkat waktu, keduanya meninggal dan tibalah masa perhitungan. Ketika di timbang, amalan si A mantap dan memenuhi syarat  untuk masuk ke syurga. Ceria deh wajah si A. Masuklah si A duluan ke dalam syurga. Di dalam dia menunggu temannya si B untuk bisa bersama-sama bahagia disana. Tibalah giliran si B. Ketika si B dihisab, unfortunately, amalan si B kurang memenuhi syarat untuk masuk syurga. Kalau di persentasekan ya mungkin sekitar 0,01% lah kekurangannya. Wah, pusing kan si B?! "Gimana nih?" Ceuk si B teh.

Si A nungguin lama banget di dalam, akhirnya dia putuskan untuk melihat proses hisab si B diluar, tentu dengan ijin dulu sama kang Ridwan yang gantengnya minta ampuun deh. Di luar si A melihat si B kebingungan, Allah pun belum memutuskan sebuah decision. Singkat lagi ah ceritanya. 

Dengan mantapnya, si B memberikan kesaksian pada Allah bahwa sesungguhnya si B adalah sahabat terbaiknya menuju Allah sewaktu di dunia dulu, dan bla bla bla... serentetan panjang kesaksian sahabat si B untuk dirinya.

Lalu, tanpa disangka dan diduga, timbangan sebelah kanannya langsung turun kebawah, keberatan maksudnya.  Dan ajaib, dengan kasih sayang Allah, si B tanpa nunggu sehari dua hari langsung di masukkin ke surga. 

Wah...itulah buah hikmah dari persahabatan. Jika seseorang mencari definisi sahabat sejati, fikir saya inilah yang dimaksud dengan sahabat sejati. Di mana persahabatan tidak hanya bernilai di dunia, tapi juga terbawa sampai ke akhirat-Nya.

Suatu ketika sahabat saya berkata, "Wah, keren banget tuh ceritanya. Sumber dari mana aini?"
"Saya sendiri". Jawab saya sekenanya.
"Hoh...jadi si A dan si B itu siapa?" tanyanya dengan terheran-heran.
"Ya kita ikhtiarkan menjadi nama kita lah...." kami tertawa menutup cerita.