::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

20/09/2011

Life is Choice?!



"Terserah mau pilih yang mana!"

Satu ungkapan yang tidak jarang kita dengar bila seseorang dihadapkan oleh banyak pilihan dan sulit menautkan keinginan.
What're the matters? Banyak sebabnya, terkadang jenis pilihannya terlampau banyak, semua pilihan terkategori baik, 'sang pemilih' tidak mumpuni untuk memilih, atau mungkin kondisi dan kesempatan tidak mendukung untuk menjatuhkan pilihan pada satu hal (objek) yang dikira baik.
Wuih...pusing...*&^%

Eits,,, jangan lupa tentang teori sebab-akibat.
"Ada asap, ada api." (bener kan?!) yang gak bener, "ada asap, gak ada api, tapi ada Jin" (Film kalee..!)
Ketika 'sang pemilih' menjatuhkan pilihan, maka seharusnya dia sadar akan isti'ab (apa ya padanan katanya?! -kapasitas-), ruang gerak yang tidak selalu luwes, dan tentu efek dari memilih X, Y, atau Z.

Kalau variabelnya sebanyak alfabet dari A-Z, tentu efeknya juga banyak. Pilih A akan mengimbaskan apa, pilih Z akan menghasilkan apa. Kadang 'sang pemilih' lupa dimana dan dalam rangka (apa & bagaimana) ia memilih, sehingga intuisi menjadi terkemuka dan mengalahkan logika nyata. Jadilah substansi dan tujuan menjatuhkan pilihan menjadi melenceng.

"Terserah gue dong, lha wong gue yang dikasih pilihan!" begitu kata orang yang lalai dan terlupa.

Ketika faktor X dan Y lupa dipertimbangkan, tidak jarang 'sang pemilih' menjatuhkan pilihan pada apa yang terpaut pada hatinya tanpa mengkonsiderasi nilai-nilai lainnya. Misal, seberapa penting ketika 'sang pemilih' memilih X untuk dirinya, while in other side, orang lain juga butuh, lebih butuh malah. Nah lho, itu satu faktor. mungkin saja ada faktor-faktor lain yang bermunculan, seperti halnya efek ketika 'sang pemilih' menjatuhkan pilihan pada X dapat memberikan mudharat bagi si fulan atau fulanah. Heuhh...pusing kan?! (sama saya juga..!)

So, how?

Tenang..tenang, bila disini ada satu wanita yang paling manis dari sekian banyak wanita manis, maka disana ada satu solusi indah dan nyata dari sekian banyak solusi yang ada.

"Come back to Allah Rabbul 'Alamiin.."

Jika tujuan menjatuhkan pilihan diniatkan untuk meraup ridha Allah disamping memperhatikan nilai-nilai hablumminannas lainnya, tentu akan lain lagi ceritanya. Kegundahan dan kepusingan yang ada dalam memilih akan terlebur sedikit demi sedikit. Tidak bisa dipungkiri memang, jika pada satu moment seseorang harus diberatkan dengan memilih sesuatu yang memberatkan hati dan fikirannya pada akhirnya. Artinya, ketika kita memilih, efeknya baik untuk kebanyakan orang, tapi tidak begitu pada apa yang terjadi pada diri 'sang pemilih'. 

Tapi, justru disanalah substansi dari menentukan pilihan, ada pengorbanan, ada kecenderungan, ada hasrat dari sebuah keinginan kuat. Tergantung akan ditujukan untuk siapa kemaslahatan dari pilihan 'sang pemilih' dan atas dasar apa pilihan itu ditautkan. Jika Allah menjadi landasan menjalankan pilihan, maka yang berat akan terasa ringan, yang kasar akan terasa halus, dan jalan yang berkerikil menyesakkan peluh di dada dapat tergantikan dengan hamparan bunga yang bermekaran dalam segenap jiwa.

Ya, lagi-lagi Allah..!!!
Ya kalau bukan Allah, siapa lagi?!!!
Sebab hidup adalah pilihan, sebab perjalanan tidak bisa terhenti dengan tidak menentukan pilihan, bahkan ketika 'sang pemilih' tidak memilih, itulah pilihan.
Terserah 'sang pemilih', mau memilih yang terbaik atau dipilih sebagai yang terbaik. yang terpenting adalah, untuk siapa dan karena siapa pilihan ditautkan.

Because life is choices, and choice of life will be back to Allah.