::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

24/09/2011

Keberhasilan Dakwah Rasulullah

Memandang sekilas tentang keagungan kinerja Rasulullah yang sekaligus sebagai inti dari kehidupan beliau, yang karenanya Allah telah mengangkatnya sebagai pemimpin bagi orang yang terdahulu dan orang-orang dikemudian hari.

Seperti yang dikatakan kepada Rasulullah pada surat Al-Muzammil dan Al-Mudatsir yang karenanya beliau bangkit lebih dari 20 tahun untuk memanggul amanah yang sangat besar dibumi ini, beban seluruh kehidupan manusia, beban aqidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.

Berbagai peperangan dilakukan oleh Rasulullah. Hampir semua jazirah Arab dirambah peperangan, bahkan pasukan Romawi menggelar pasukan besar untuk menghadapi umat Islam. Rasulullah melaksanakan dakwah Allah, ditengah perperangan yang terus berkecamuk diberbagai medannya. Beliau melaksanakan semua tugas ini dengan semangat membara dan penuh kesabaran. Malam hari beliau bangun untuk beribadah kepada Allah, membaca Al-Qur’an, dan tunduk patuh kepada Allah seperti yang dititahkan-Nya.

Selama Rasulullah menjalani kehidupannya dalam kancah peperangan selama lebih dari 20 tahun, selama itu pula beliau tidak pernah lalai terhadap satu urusan tertentu, hingga akhirnya dakwah Islam berlangsung secara gemilang, merambah kawasan yang amat luas, dan debu-debu jahiliyah beterbangan. Berhala-berhala dihancurkan dan udara Arab dipenuhi suara-suara tauhid, adzan untuk shalat yang memenuhi angkasa raya yang telah dihidupkan iman. Para pengajar Al-Qur’an pergi kearah utara dan selatan dan membacakan ayat-ayat Allah dan menegakkan hukum-hukumnya.

Berbagai kabilah dan suku menjadi satu padu dan menyembah hanya pada Allah. Tidak ada unsur paksaan dan penzhaliman dalam hal ini. Dan berkat kelebihan dakwah Islam ini, terciptalah kesatuan bangsa Arab sebagai kesatuan kemanusiaan. Garis sejarah tertoreh membentuk garis lurus dimana cara berfikir pun berubah drastis.

Sebelum ada dakwah Islam, ruh jahiliyah menguasai dunia, dan melindas nilai-nilainya, melingkupinya dengan kegelapan dan perbudakan, serta lebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin. Setelah dakwah Islam tampil, ruh manusia dapat lepas dari ilusi dan khurafat, dari perhambaan dan perbudakan kerusakan dan pembusukan, dari noda dan penyimpangan. Lepas dari kezhaliman dan kesewang-wenangan dan perpecahan dan kehancuran. Dakwah ini tampil membangun dunia berdasarkan kehormatan dan kebersihan, berasaskan iman yang tak terbantahkan. Maka bangkitlah Islam yang penuh keberkahan dan tidak akan pernah dijumpai hal yang sama seperti itu dalam liku perjalanan hidup manusia.

Namun, setiap masa ada perhentiannya. Dan perhentian hidup manusia di dunia adalah pada bertemunya ajal. Setelah dakwah benar-benar menjadi sempurna dan Islam dapat menguasai keadaan, mulai muncul tanda-tanda perpisahan yang bisa ditangkap dari sikap dan tindakan beliau. Pada Ramadhan ke-10 H, beliau beri’tikaf selama 20 hari, padahal sebelumnya beliau hanya beri’tikaf hanya 10 hari saja. Jibril mengetes Al-Qur’an kepadanya hingga 2 kali. Pada waktu haji Wada’ beliau bersabda, “Aku tidak tahu pasti, boleh jadi aku tidak akan pernah akan bisa bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan kejadian seperti ini.” Pada waktu melempar jumrah Aqabah beliau juga bersabda, “Pelajarilah manasik kalian dariku, karena boleh jadi aku tidak berhaji lagi sesudah tahun ini.” Semua ini bisa dikenali sebagai suatu perpisahan yang di isyaratkan beliau.

Pada suatu malam di pertengahan bulan Shafar tahun 11 H beliau pergi ke Baqi lalu memintakan ampunan bagi orang-orang yang dikubur disana. Beliau bersabda,  “Salam sejahtera atas kalian wahai para penghuni kubur. Apa yang kalian hadapi disana menjadi ringan, seperti apa yang dihadapi manusia. Fitnah datang seperti sepotong malam yang gelap gulita, yang akhir akan menyusul yang awal. Hari akhirat lebih jahat pembalasannya daripada dunia.” Lalu beliau mengabarkan kepada orang-orang yang dikubur disana dengan bersabda, “Sesungguhnya kami akan bersua kalian.”


***Source: Adapted from Sirah Nabawiyah -Syeikh Muhammad Al-Mubarakfury-