::> Mengkritik tidak berarti membenci, menyokong tidak semestinya sefikrah, berbeda pendapat adalah sebaik-baik teman berfikir <::

23/08/2012

Eid Fitr Mubarak


Perth, August 19th 2012

Allahu-akbar, Allahu-Akbar, Allahu-Akbar…
La ilaaha illallah wa Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillah alham(d)...

Gema takbir hari raya disini memang tidak tidak semembahana seperti di Indonesia, namun meresapinya dalam kesendirian menjadi begitu menyejukkan. Setelah membereskan dan menata apartemen yang saya tinggali, jelang jam 3 pagi saya bergegas kembali ke sebuah Masjid terdekat yang ada di daerah sekitar saya tinggal. Masjid yang kecil, tapi sangat nyaman dan nazhif untuk berlama-lama didalamnya. Jaraknya sekitar 3Km dari rumah saya tinggal. Pagi itu juga, saya memaksakan diri mengendarai mobil ke Masjid tersebut. Sebab sangat tidak nyaman berjalan seorang diri di pagi buta, apalagi seorang perempuan. Sebuah kesulitan tersendiri bagi saya karena harus mengendarai mobil yang memiliki stir di sebelah kiri, hal ini memang sangat berbeda dengan mobil-mobil yang ada di Indonesia. Tapi apa boleh buat, kekhawatiran saya menggapai Shalat Eid berjama’ah akan terlambat semakin kuat, disamping itu saya tak mungkin membangunkan tetangga pada jam-jam tersebut hanya untuk meminta diantarkan ke Masjid. Berbekal yakin pada Allah dan sedikit kepercayaan diri dari bekal mengemudi di rumah, akhirnya dengan Basmallah sampai juga saya di Masjid yang memiliki Imam Masjid seorang Imigran Indonesia. Jam 4.00am, saya sudah terhanyut dalam nikmatnya bertakbir dan bertahmid. Dalam mata terpejam, tiada beban, tiada kegamangan. Allah ya Rabbiy

Shalat Eid Fitr berjalan dengan sangat tentram dan tartib disini, meskipun bukan Negara mayoritas penganut agama Islam, kerukunan dan toleransi yang tinggi sangat nampak di Australia. Lama punya lama, akhirnya saya jatuh cinta pada Australia.

Pukul  8.00am

Dalam perjalanan pulang ke rumah saya dapati jalan-jalan ramai dengan hiasan kerlipan bintang dan bulan. Entah apa maksudnya, mungkin saja dimaksudkan untuk meramaikan Eid Fitr Mubarak dengan gaya berbeda seperti di Indonesia, mereplasikan hiasan ketupat yang bergantungan di angkasa raya alam Indonesia. Teringat malam tadi dalam perjalanan kerumah dari Masjid Raya, dua orang polisi –sorang Kristiani, dalam jam luangnya- menabuh genderang beriramakan takbir lebaran, meskipun tanpa lirik takbir dan tahmid, gerak ghirah mereka dengan sunggingan senyum kebahagiaan diwajah menjadikan saya ikut larut dalam kebahagiaan dan tanpa sadar ikut bergabung dan menyambangi mereka. Ah Rabbi, seperti inikah bila alam berharmoni dalam perbedaan yang terbaca, bila manusia tak lagi mementingkan ego duniawi dan kebersamaan menjadi sebuah keselarasan. Allahu Akbar..

Pukul 10.00am
Saya masih menunggu kabar dari keluarga di tanah air, sudah menitik air mata satu persatu beriringan. Tapi koneksi untuk melakukan video call masih saja terhambat. Rindu sudah memuncak, dan air mata bahkan hampir kering. Tak ingin meratapi, tapi apa mau dikata, kesendirian ini membuat saya berstigma buruk terhadap diri sendiri. Dalam masa penungguan, salah seorang ikhwah di Indonesia menyempatkan diri untuk menghubungi saya. Sebuah kebahagiaan tak ternilai di saat menunggu sapaan dari saudara/i ditanah air yang mungkin sulit dilakukan. Akhirnya 2 jam kemudian, air mata itu telah tergantikan sapaan kerinduan dari Sang Ibunda tercinta. Jawaban yang begitu mendamaikan dan menghangatkan jiwa dari Ibunda ketika saya keluhkan tentang kerinduan dan jarak, “Cinta tetaplah cinta, jauh dekatnya hanyalah jarak, tak ada beda”.

Pukul 01.00pm

Keluarga baru di negeri Kangguru…
Pukul 1 waktu Perth, rumah tinggal saya dikunjungi oleh beberapa keluarga dari tetangga dekat tempat saya tinggal di Australia. Sangat menyenangkan mengingat mereka begitu baik hati membawakan saya banyak barang, hehe. Maklumlah, saya kan nuju limit uang. Setidaknya hal tersebut menjadi provision untuk beberapa hari kedepan sekaligus jamuan untuk para tamu yang berkunjung. Kami menghabiskan beberapa jam lamanya dalam perbincangan di meja makan ditemani oleh sajian Nasi Goreng Thailand dan Cah Sapi Cincang yang mendadak saya buat satu setengah jam sebelumnya. Satu pelajaran berharga dari mereka tentang kedisiplinan, mereka berjanji untuk hadir pada pukul 01.00 namun mereka pre-time, lima belas menit sebelum pukul 1.00 mereka sudah menekan bel rumah saya. Malu sungguh ketika mereka tahu saya masih berkutik di dapur menyelesaikan menu yang tak kunjung usai, dan akhirnya kami semua masak bersama di dapur. Mereka mengisi hari raya saya dengan banyak senyuman, keluarga baru di negeri Kangguru. Subhanallah, experience that will not be forgotten…

Didedikasikan untuk semua ikhwah yang beraya bersama/tanpa keluarga
Cinta tetaplah cinta, jauh dekatnya tak ada beda, sebab cinta sejati memiliki tiga fitur utama; menguatkan setiap yang lemah, menentramkan yang galau, dan memuliakan yang rendah dan hina. Tak peduli berapapun jarak, waktu, dan tempatnya, cinta sejati ada dalam jiwa seorang Muslim.
--Ummi, SBA(19/08/2012)--